sevmananda.com - Menorehkan Kata-kata, Menyuguhkan Cerita
  • Home
  • Sesuatu di Jakarta
  • Sesuatu di Jogja
  • Perfilman
  • Bebuku
Home
Sesuatu di Jakarta
Sesuatu di Jogja
Perfilman
Bebuku
sevmananda.com - Menorehkan Kata-kata, Menyuguhkan Cerita
  • Home
  • Sesuatu di Jakarta
  • Sesuatu di Jogja
  • Perfilman
  • Bebuku
aktivitas•Bebuku•ceritacerita

Kisah Laki-laki yang Membeli Buku secara Online dan Tahap Paling Aduhai Menjadi Pemberi Buku-buku Cinta

Laki-laki yang dimaksud pada judul tulisan ini adalah saya. Dan sebelum kamu membaca tuntas serta menutup laman blog saya ini, lebih baik saya utarakan bahwa tulisan ini memiliki 2 judul alternatif:

  1. Sebuah Ulasan mengenai Toko Buku Online Mizanstore
    dan
  2. Sudahkah Kamu Membaca Buku-buku yang Kamu Beli atau Saya Beri atau Dia Beri atau Kamu Lebih Memuja Televisi dan Gawai Terkini?

*

Karena ulasan bersifat bebas, maka saya tidak ingin mengulas seperti cara orang lain mengulas. Maka dari itu, izinkanlah saya menjadi pribadi yang baik dan menjunjung tinggi bahasa-bahasa yang kerap ditulis di karya sastra. Kamu pun sudah saya beri tahu bahwa tokoh dalam ulasan adalah saya—sendiri. Sedangkan tokoh ‘kamu’ berarti pembaca—sekalian.

Maret hampir berakhir = April akan menyingsing. Saya punya rencana yang tidak pernah ada dalam daftar rencana sebelum-sebelumnya, baik bulan yang telah berlalu atau tahun yang telah berlalu: membeli buku-buku di toko buku online Mizanstore. (Jamak buku sebaiknya diartikan mborong.) Prinsip membeli buku sepertinya terjalin karena hobi saya sesimpel malaikat pemberi wahyu yang menitipkan mukjizat kepada Nabi Muhammad: Iqro’… Bacalah…

Ya, hobi saya, mungkin juga sama sepertimu, adalah membaca buku. Kalaupun terbit kegemaran menulis (seperti menulis hal-hal yang aneh tapi tidak patut dipandang remeh, perjalanan singkat bersama satu dua kawan, dan ulasan buku dan ulasan film alternatif maupun mainstream) itu akibat dari kegemaran membaca.

“Begini kira-kira alurnya,” tukas saya kepada kamu. “Membaca – Menulis – Membeli – Membaca – Menulis – Membeli – Membeli – Menulis – Membaca – dan secara acak tiga kata kerja itu akan bergantian menjadi siklus literasi.”

“Kita, sebagai manusia, bisa menambahkan kata ‘Memberi’ sebagai kata kerja aktif. Maksud saya jelas, memberi buku kepada seseorang atau beberapa orang,” saya menambahkan, agar siklus literasi terlihat dan terbaca lebih jatmika.

*

Maret berada di minggu terakhir = April bersiap mengedarkan senyumnya. Rencana saya pun tiba: 28 Maret 2018, saya berselancar (secara konotatif) di mesin pencari, menulis Mizanstore.com di kolom alamat, mengeklik Enter, menulis beberapa buku incaran terbitan Mizan. Buku-buku yang saya beli di antaranya:

  1. Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, karya Eka Kurniawan
  2. Puisi-puisi Cinta, karya WS Rendra
  3. Luka dalam Bara, karya Bernard Batubara
  4. Jokowi, Sangkuni, Machiavelli, karya Seno Gumira Ajidarma

*

Buku-buku yang saya pesan datang kurang dari seminggu kemudian. Mereka datang ke kantor saya dalam tas plastik putih.

Konon, setelah proses pemesanan menyulut kesuksesan dan pembayaran memburu-burui saya, informasi di web Mizanstore menyetorkan kabar bahwa buku-buku yang saya pesan memiliki berat lebih dari 1 kg. Bukannya sebatas 4 judul belaka dan tidak ada 1 judul pun yang berupa novel setebal Aroma Karsa-nya Dee Lestari atau serial Percy Jackson? Memang bukan. Permasalahan yang sebaiknya kamu tahu ialah bahwa saya menjamakkan pembelian buku kumpulan cerpen Eka Kurniawan sebagai hadiah bagi teman-teman yang sengaja ingin melawat ke indekos saya di bilangan Lenteng Agung-Jagakarsa.

*

April sama seperti Maret dan bulan-bulan lainnya. Ia memiliki penghujung dan akhir. Sementara buku-buku yang saya beli di Mizanstore masih tergeletak di samping kanan kasur saya—menumpuk bersama buku-buku yang lain, yang mangkrak dan mandeg dibaca maupun yang belum rampung dibaca. Tugas saya (selain membaca buku dan menulis), kali ini, adalah mengantarkan buku-buku yang sudah saya rencanakan untuk saya berikan sebagai hadiah paling indah, takzim, dan jatmika.

Berikut kronologis terbaik dalam pemberian buku-buku kepada kawan kerabat saya:

  1. Sabtu, 28 April 2018

Saya melawat ke Jogjakarta, mengunjungi kembali almamater saya. Saya menengok Badan Kegiatan Mahasiswa (BKM) yang pernah saya ikuti: Psikomedia. (Psikomedia ini sedang berulang tahun. Pada tanggal 21 April 2018, Psikomedia ganjil berusia 31 tahun. Sayangnya, tidak ada keriuhan di minggu-minggu hari jadinya. Sabtu pagi itu, Psikomedia tutup. Padahal, Minggu besok, Psikomedia ada perayaan dan saya hendak kembali ke ibukota untuk mengucurkan keringat kerja dan meninggalkan ibu dan Psikomedia.)

Gambar tersebut merupakan dua bingkisan seada(-ada)nya karya saya; hanya berbalut karet bekas (pembelian sayur mayur lauk pauk dari warung Tegal) yang turut merekatkan koran bekas (yang bertumpuk di kantor saya) supaya membungkus buku-buku.

Saya menitipkan dua bingkisan untuk Psikomedia dan BKM sebelahnya (LM Psikologi (BKM arus utama di fakultas saya)) ke perempuan adik angkatan yang tengah sibuk di BKM sebelahnya LM Psikologi (Keluarga Muslim Psikologi (BKM yang 100% beranggotakan mahasiswa beragama Islam di fakultas saya)).

Dua hari kemudian, saya dikirimi foto yang menyuratkan bahwa buku-buku yang saya beli di toko buku online Mizanstore telah sampai, telah dibuka, dan katanya, “disukai awak-awak Psikomedia”.

Kepada Psikomedia, saya tidak berusaha memberi buku-buku berkonten pers atau nonfiksi yang serius dan mampu menerbitkan wawasan mendalam mengenai kata-kata atau negara.

Adapun kepada LM Psikologi, saya justru berusaha memberi buku yang semoga-ringan-dibaca berjudul Jokowi, Sangkuni, Machiavelli karya Seno Gumira Ajidarma dan kumcer karya Eka Kurniawan.

  1. Selasa, 1 Mei 2018

Hari Buruh Internasional adalah hari libur. Hari itu, satu eksemplar kumcer Eka Kurniawan diterima Aliza yang kadung bermain ke indekos saya dengan tujuan alternatif: meminjam kabel pengisi baterai untuk mengisi ulang baterai gawainya yang mana kabel miliknya tidak sengaja dibawa kolega sekantornya.

Yah, semoga, Aliza, yang bekerja terlampau sibuk sampai-sampai hari Sabtu tidak dianggap lembur, bahagia dan memiliki waktu baca yang signifikan di hari-harinya, di ibukota, maupun non-ibukota.

  1. Rabu, 9 Mei 2018

Yang terakhir, teruntuk sahabat perempuan yang bisa dibilang dekat saja tidak, jauh pun mungkin-mungkin iya, saya sudah sejak lama hendak memberinya kenangan berupa buku. Namun, sahabat saya yang kini sibuk bekerja di dunia perbankan ini telah berhasil menanamkan semangat dan optimisme ketika saya sedang malas-malasnya melanjutkan penulisan skripsi saya yang ambil data sudah lama, tapi kehidupan luntan-lantung melanda, dan tinggal nunggu jadwal sidang jika tuntas bab satu sampai lima. Beruntung, Agustus 2017 itu, tatkala saya duduk-duduk di atrium kampus sambil berselancar (masih bermakna konotatif) di depan laptop, sahabat saya yang satu ini ke luar dari ruang akademik: dia baru saja mengurusi ketuntasan masa studi strata satunya. Dia, kemudian, duduk di depan saya. Kami bertegur sapa dan beginilah saya ketika bertemu dengan sahabat seangkatan yang pada akhirnya lulus (dan lulusnya lebih dahulu daripada saya): memohon doa. Klise? Lha, iya. Namun, setelah memohon doa itu, beberapa penggal perkataannya memunculkan benih-benih yang berfungsi untuk melanjutkan penulisan skripsi saya yang telah menggantang tanpa asap.

*

Begitulah kiranya saya menuturkan kisah saya sendiri sebagai laki-laki yang membeli buku secara online. Semoga kamu-kamu dan dia-dia sanggup bertambah akan wawasannya, terlebih soal tahap paling aduhai menjadi pemberi buku-buku cinta (ataupun non-cinta).

Sebagai tanda terima kasih, saya ucapkan terima kasih kepada Mizanstore yang kerap mengadakan diskon-diskon yang terlampau uhuy dan cihuy. Semoga dan selalu saja, Mizanstore menjadi garda terdepan di bilantika perbukuan Nusantara dan dunia.

(Mungkinkah dunia? YA! PASTI!)

Because of the tagline: Where Books are a Click Away.
Memudahkan, dan menyenangkan.

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
aktivitas

Pertama Kali Bertemu Eka Kurniawan 

Mas Eka berpakaian simpel


Tiba-tiba hujan menderu deras sore Kamis (28/4) itu. Saya berencana ke Gramedia Sudirman untuk bersua dengan Eka Kurniawan. Meet & Greet adalah tajuknya, fokus topiknya adalah novel O. 

Saya duduk terdepan, lengkap dengan hadiah kaos yang didapat dari pre-order novel O. Acara berlangsung satu jam. Usai tanya-jawab, hadirin diperkenankan minta tandatangan sekaligus foto bareng. Dengan tekad kuat, saya segera turun ke parkiran dan bergegas ke kampus untuk acara Inpsyration Class. Terimakasih, Mas Eka! Terimakasih telah berkenan datang ke Jogja. 

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
aktivitas•Bebuku•ceritacerita

Tragisnya Novel Lelaki Harimau

Lelaki Harimau

Saya punya anggapan sederhana tentang ending novel ini, yaitu mengambang tapi kaya makna. Polemik yang terjadi sangatlah rumit dan Eka mencampuradukkan antara misteri dan cinta menjadi satu konflik. Kehebatan tokoh novel ini (Margio) adalah memiliki harimau dalam tubuhnya dan terpilih memiliki harimau. Harimau itu diceritakan berwarna putih. Imajinasi saya soal harimau adalah munculnya harimau dari punggung Margio saat Margio marah kemudian mendekati Anwar Sadat.

Satu pepatah yang saya temui di novel ini halaman 188 dan menjadi favorit adalah:

… Tapi ia tak di sana dan tak hendak menemuinya, percaya segalanya telah usai, dan memperoleh pelajaran berharga bahwa cinta selalu memiliki sisinya yang paling menyakitkan.


1310|2015

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
Bebuku•ceritacerita

Cantik Itu Luka: Novel Segala Rasa

cantikitu Luka

Sebelumnya, saya membaca tulisan-tulisan Eka Kurniawan berupa cerita pendek dalam dua kumpulan cerpennya: ‘Corat-coret di Toilet’ dan ‘Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi’. Agustus 2015 kali ini, ‘Cantik Itu Luka’ merupakan novel Eka Kurniawan yang pertama saya baca. Saya mulai baca ketika liburan semester nyaris habis dan selesai baca ketika menikmati akhir pekan di minggu awal kuliah. Jujur, saya banyak belajar sastra dari tulisan Eka.

Sejujurnya, saya (selaku pembaca) berpikir bahwa ada beberapa rasa yang disuguhkan novel ini. Ada seksualitas, ada sejarah, ada politik, ada romantis, dan horor sebagai pelengkap tambahan serta humor sebagai pupuknya. Saya selalu bertanya-tanya: mengapa Eka berani-beraninya dan bisa-bisanya menulis yang semacam ini? Pertanyaan itu seolah-olah terjawab dengan rasa ingin tahu saya mencoba menyelesaikan novel ini. Dari awal sampai dua halaman terakhir, ada yang secara tidak sadar membingungkan saya, yakni kaitan antara judul novel dan cerita yang saya ikuti. Banyak tokoh yang dikatakan cantik parasnya tapi sulit saya tangkap keterkaitannya dengan judul novel hingga pada akhirnya saya paham hubungan keduanya di halaman terakhir yang menyebutkan persaksian “cantik itu luka”. Saya merasakannya. Bahwa tokoh-tokoh cantik itu menebar luka, bahwa tokoh buruk rupa merupakan akhir dari kebosanan tokoh cantik, dan itu tersurat di bagian akhir yang memuat empat persaksian.

Setelah baca novel ini, saya berencana membuat karya serupa yang menggelegar dengan banyak rasa, dengan pelengkap tambahan juga. Berencana…

(Cantik itu benar-benar luka.)


Malam hari,
3008.2015

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)

Find me

  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube
Narasi Berlapis dari Sebuah Tulisan tentang Digital Marketing

Narasi Berlapis dari Sebuah Tulisan tentang Digital Marketing

November 24, 2019
Dua Garis Biru (2019)

Dua Garis Biru (2019)

July 31, 2019
Saya Perlu Menulis tentang Perpisahan dengan Jakarta dan Penetapan di Jogja

Saya Perlu Menulis tentang Perpisahan dengan Jakarta dan Penetapan di Jogja

June 4, 2019
Warga Kulon Progo yang Mencicipi Ibukota (2): Jadi Begini

Warga Kulon Progo yang Mencicipi Ibukota (2): Jadi Begini

May 30, 2019
Ia yang Pernah Satu Ruangan Denganku

Ia yang Pernah Satu Ruangan Denganku

May 10, 2019
Warga Kulon Progo yang Mencicipi Ibukota (1)

Warga Kulon Progo yang Mencicipi Ibukota (1)

May 9, 2019
Hukum Haram Menjadi Pendosa dan Ave Maryam

Hukum Haram Menjadi Pendosa dan Ave Maryam

April 21, 2019
Milly & Mamet & Kelucuannya & Kariernya & Keluarganya & Bukan Tentang Cinta & Rangga

Milly & Mamet & Kelucuannya & Kariernya & Keluarganya & Bukan Tentang Cinta & Rangga

April 16, 2019

Tags

2017 aktivitas anak bahagia bandung belajar buku cannes cerpen cinta eka kurniawan engkau fiksi film film pendek fire iBint ilmu iMop jakarta kerja kerumunan kuliah life love lupa manusia menulis novel perempuan perjalanan photo101 poem prosa psikologi Psikologi UGM puisi review film saya series syair teman UGM yogyakarta you

Archives

© 2019 Sevmananda